Jumat, 20 April 2012

UN 2012 INGIN MENGHASILKAN MUTU YANG TERBAIK

Pelaksanaan UN 2012 untuk SMA/SMK telah selesai dilaksanakan, tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Semua unsur birokrat, legislatif , dan jajarannya selalu berupaya melaksanakan dengan sukses. Kesan yang muncul dalam pelaksanaan UN 2012 adalah Ingin menghasilkan mutu lulusan yang lebih baik dengan cara yang berbeda. Strategi yang dipilih Kemendikbud dalam hal penyusunan soal dengan, pencetakan soal, pengiriman soal, dan variasi soal yang diperbanyak adalah sebagian dari strategi untuk menjaga kerahasiaan.
Untuk menjaga validitas pengujian, telah ditentukan pula sejumlan strategi. Pengawas ujian pada tingkat satuan pendidikan melibatkan polisi yang berjaga, para dosen yang seharusnya mengajar dikerahkan pula untuk mengontrol agar operasional penyelenggaraan memenuhi prosedur operasional standar.
Pata tingkat ruang kelas yang dijadikan tempat siswa ujian dijaga oleh para pengawas yang bukan pengampu mata pelajaran yang sedang diujikan. Dipastikan guru-guru yang mengawasi jalannya pelaksanaan ujian adalah guru mata pelajaran yang bukan sedang diujikan yang datag dari sekolah yang berbeda. Sementara itu soal yang siswa kerjakan dalam satu ruang ujian bervariasi sehingga siswa yang satu dengan yang lain sekali pun duduk berdampingan tidak dapat saling berkomunikasi karena mengerjakan soal dengan jawaban tiap nomornya berbeda.
Tidak cukup dengan itu, ada lapis strategi lain agar validitas hasil ujian sahih. Tak ada pihak lain yang boleh masuk ruang ujian. Pejabat sekali pun, maklum karena dalam UN ini dari mulai Bapak Menteri Pendidikan dan seluruh jajarannya, gubernur dengan seluruh jajarannya, bupati walikota dengan seluruh jajarannya, bahkan Dewan Pendidikan dan anggota DPR  hingga DPRD turut memantau kelancaran penyelenggaraan UN.
Dalam hal menjaga kerahasiaan, masih lapis pengamanan serumit itu belum cukup. Soal dibawa pula dengan truk aparat keamanan. Penyimpanannya dijaga ketat 24 jam oleh aparat keamanan, jajaran dari Dinas Pendidikan, dan para kepala sekolah yang biasanya tidak dilibatkan dalam piket malam, pada saat UN mereka pun masuk dalam daftar petugas piket pula. Mendelegasikan kewenangan seluruh pada seluruh level birokrasi tidak berlaku lagi. Pemegang tampuk kekuasaan yang tertinggi sampai level dibawahnya terjun seluruhnya untuk mengawasi berjalannya prosedur teknis. Di sini kita jadi ingat ucapan Murdiono, dulu ketika almarhum masih berkuasa sebagai Mensekneg di jaman Orba dalam mempersiapkan pelaksanaan APEC. Pernyataanya adalah ” teknis itu penting karena menjadi penentu efektivitasnya kebijakan, jadi tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa teknis tidak lebih penting dari kebijakan”.
Aspek tehnis yang penting kita lihat pula dalam prosedur pengamplopan hasil pekerjaan siswa.  Penutupan sampul dilakukan dalam kelas, oleh pengawas ruangan sehingga kecil kemungkinan tangan-tangan halus dapat mengubah lembar jawab yang tidak berisi berubah berisi, atau jawaban yang salah ada yang mengubahnya oleh tim sukses  yang datang dari dunia maya. Itu menjadi tidak mungkin.
Bicara soal lain. Menurut berbagai informasi yang diperoleh dari para pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan. Pada saat ini semua kepala daerah bekpentingan dengan target kelulusan. Konon para petinggi di daerah meminta jajaran dinas pendidikan menjaga agar tingkat kelulusan mencapai target minimal tidak turun dari tahun sebelumnya.
Tentu saja hal itu sah, apabila instruksi itu datang di awal tahun pelajaran. Berangkat dari pamahaman para pengelola pendidikan tentang peta kekuatan dan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal UN. Dari hasil UN para pendidik memahami materi yang siswa kuasai dan tidak mereka kuasai. Lalu, analisis diagnostik itu ditindaklanjuti dengan berbagai perbaikan mutu guru, kurikulum, penglolaan, sarana belajar, sumber belajar, proses belajar, sampai pada proses penilian.Inilah yang paling utama dan terutama, bukan harus lulus .... %.
          Ingat peta mutu yang ada di semua lembaga pendidikan saat ini masih di bawah standar. Padahal kelululusan sudah berada diatas standar. Pertanyaan ideal kita apa mungkin ?
Jika  pemernitah daerah sebagai pihak yang bertanggung jawab langsung dalam pengelolaan sistem pendidikan melakukan langkah tersebut, maka dampaknya UN tahun depan memiliki peluang yang lebih baik. Namun jika hal itu tidak dilakukan maka cara-cara menerabas untuk mendapatkan nilai kelulusan yang lebih baik akan membuka peluang sekolah, pemerintah daerah, hingga pemerintah provinsi bersinergi untuk mendapatkan hasil yang baik dengan segala cara.
Pertanyaan kita sekarang adalah ‘apakah pemetaan mutu pendidikan melalui UN sudah bermaslahat sehingga hasilnya berguna untuk menjadi titik pijak melakukan perbaikan penguasan materi pelajaran orang guru-guru, meningkatkan keterampilan guru mengajar karena kita mengetahui guru mana yang efektif dan kurang efektif dalam dalam mengajarkan materi apa belum kita dapatkan. Kita baru fokus pada kelulusan bukan pada analsis mutu yang berdampak pada penentuan kebijakan perbaikan mutu.
Manfaat UN yang sangat nyata yaitu sekololah memiliki pijakan untuk menyeleksi penerimaan siswa baru. Lebih dari itu, kita secara umum mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran oleh para siswa. Dan…..kesadaran daerah untukmendapatkan prestasi melalui kelulusan siswa jelas sekali, namun sayangnya bukan melalui proses perbaikan mutu pendidikan melainkan melalui penetapan target sebelum ujian bersangsung. Ingin mendapat keberhasilan yang lebih baik dengan menggunakan cara yang sama tentu bukan strategi yang tepat. Salam buat sekolah dan guru guru.

0 komentar:

Posting Komentar